Resensi Buku : KAU, CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA

Image

 

Judul: Kau 
Penulis: Sylvia L’Namira 
Jumlah Halamanan: 212 hlm 
Ukuran: 13 x 19 cm 
Harga: Rp38.000 
ISBN: 979-780-499-2

 

 

Awalnya aku ragu mau baca buku ini. Covernya yang berwarna biru dengan awan putih berbentuk hati bikin aku mikir: wah ini pasti cerita cinta menye-menye.

Bukan salah penulis dan bukunya sebenarnya, aku saja yang memang tidak begitu suka cerita cinta yang sedihnya berlebihan. Capek aja gitu bacanya.

Tapi setelah aku baca buku ini, aku salah. SALAH BESAR.

 

Buku ini menceritakan seorang reporter sebuah televisi news yang adalah keponakan dari pemilik stasiun televisi tersebut, bernama Viola Sembiring yang biasa dipanggil Piyo.

Piyo bisa aja langsung dapat jabatan tinggi di stasiun televisi itu, tapi Piyo nggak mau begitu saja dengan bantuan omnya, Piyo ingin bisa naik jabatan dengan kemampuannya sendiri.

Piyo punya kebiasaan aneh. Dia sangat menyukai awan dan percaya awan akan memberikan pertanda kepadanya baik itu pertanda baik maupun buruk. Ketika pertanda baik, Piyo akan mengenakan topi rajut berwarna hijau. Ketika awan ‘memberitahunya’ untuk berhati-hati Piyo mengenakan topi rajut warna kuning, dan ketika pertanda buruk di’beritahu’ awan Piyo akan mengenakan topi rajut warna merah.

Kebiasaan Piyo ini bahkan terbawa saat Piyo harus meliput dan masuk televisi. Hal ini membuat atasannya yang dia panggil Singa marah dan menyuruh Piyo melepaskannya saat liputan, tetapi Piyo menolak, tentu saja.

 

Viola ini umurnya sudah 25 tahun tapi dia belum punya pacar. Hal ini membuat mamanya kelabakan dan sibuk menjodohkan Piyo dengan anak teman-temannya. Tapi tentu saja Piyo menolak dan bilang bahwa dia sudah punya pacar. Dan ketika mamanya ingin bertemu dengan pacarnya, Piyo menyuruh sahabatnya pura-pura jadi pacarnya. Hal itu nggak berlangsung lama, Piyo yang nggak bisa berbohong terus akhirnya bilang kalau dia sudah putus dengan pacarnya.

 

Itu malah membuat mamanya kembali semangat menjodohkan Piyo dengan anak sahabatnya. Tapi Piyo yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang pilot pesawat yang dicarter stasiun tv untuk meliput ke daerah konflik, tentu saja mati-matian menolak. Disinilah cerita cinta Piyo dimulai dengan pilot tersebut yang bernama Igo.

Ada saja aral yang melintang untuk hubungan keduanya. Dan tiba-tiba sikap Igo dan mamanya berubah pada Piyo. Kenapa ya? Nggak aku kasih tahu ah, nanti gak seru. Baca saja sendiri ya 😀

 

Novel ini sangat ringan untuk dibaca. Bukan karena jenis kertasnya yang membuat ringan untuk dibawa-bawa, tetapi gaya bahasa yang digunakan penulis sangat enak dibaca. Buku ini memiliki alur yang cepat dan nggak bertele-tele. Gaya bahasanya juga nggak terlalu baku hingga membuatku nyaman bacanya. Tiga bintang untuk buku ini. Kenapa tiga? Soalnya saya agak kecewa untuk endingnya. Berasa dipaksakan banget untuk cepat tamat. Padahal menuturku masih banyak yang bisa ditulis dan diceritakan untuk ending yang lebih baik. Tapi so far, buku ini aku rekomendasiin untuk dibaca ^^.

 

 

(Resensi ini aku ikutkan dalam Sayembara Resensi Buku yang diadakan oleh http://www.yes24.co.id/SpecialEvents/475600